1.
RIWAYAT KELAHIRAN
Prihati dilahirkan di Desa Puncel, 6
Februari 1993, sebagai anak kedelapan dari pasangan Kasmini dan Atmini ini, lahir prematur ketika
kandungannya baru berusia 6 bulan. Ketika lahir, berat badan Suprihati hanya 2
ons dengan panjang 25 cm. Berat Suprihati pada waktu lahir hanya seberat
kepalan tangan, padahal saudara-saudaranya yang lain tumbuh normal.
Biasanya bayi yang dilahirkan prematur
hanya dapat bertahan dan melewati masa krisisnya bila dibantu dengan peralatan
medis yang serba modern. Namun tidak demikian dengan Suprihati. Karena kondisi
ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan, pada akhirnya Suprihati harus dirawat
secara”apa adanya” oleh kedua orang tuanya.
Suprihati memiliki mulut yang sangat
kecil sehingga untuk memberikan ASI sulit sekali, jadi harus dibantu dengan
kapas yang dicelupkan pada susu lalu diperaskan ke mulutnya.
2.
PERKEMBANGAN FISIK
Menurut dr.Jose RL Batubara,SpAK, kasus
yang dialami Suprihati adalah kelainan genetik. ”Hal itu dikenal dengan Sindrom
Seckel yang merupakan suatu kumpulan gejala yang ditandai terutama oleh
gangguam petumbuhan,misalnya pendek,kepalanya kecil ( mirip kepala
burung/pipih, hidungnya mancung, dagunya kecil ), “papar staf pengajar FKUI –
RSCM ini.
Kondisi kerdil atu kecil tersebut
bukan karena keturunan.Itulah sebabnya saudara dan orang tua Suprihati bertubuh
normal.Belum diketahui jelas penyebab kelainan tersebut.Kelahiran prematur
ternyata tidak berkolerasi terhadap perkembangannya yang terganggu.Saat ini
tidak ada upaya yang dapat dilakukan agar tubuhnya normal kembali
3.
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Pada saat usianya menginjak di atas 9
tahun, Suprihati masih duduk di bangku Sekolah Taman Kanak – Kanak Seti, di
Puncel.
Keterlambatan tersebut bukan
disebabkan oleh faktor ketidakmampuan Prihati menguasai pelajaran yang
diberikan , karena dirinya memilki ukuran tubuh yang mini . Sebenarnya sangat
disayangkan keterlambatannya dalm pendidikan , karena Suprihatin termasuk murid
yang cukup pintar.
Dibalik kekurangan yang ada pada
dirinya , Suprihatin adalah seorang anak yang pintar mengaji, dibuktikan dengan
kepandaiannya dalam membaca dan menulis huruf – huruf Al-Quran yang diperoleh
dari TPQ ( Tempat Pembelajaran Al- Quran ), selain itu dia juga menguasai tata
cara sholat serta pandai marangkai kalimat doa
4.
PERKEMBANGAN MOTORIK
Kelainan fisik yang dialami Suprihati
tidak mempengaruhi perkembangan motoriknya,koordinasinya motoriknya normal
seperti anak pada umumnya.
5.
PERKEMBANGAN BAHASA
Pada kasus Suprihati perkembangan
bahasanya normal,dia dapat berkomunikasi dengan baik seperti anak-anak normal
lainnya.Yang dialami oleh Suprihati hanya kelainan pada ukuran tubuhnya yang
mini.
6.
PERKEMBANGAN EMOSI
Kedua orang tua Suprihati
memperlakukannya seperti layaknya anak normal. Terutama ibunya (Atmini) sering
mengajaknya jalan–jalan ke luar rumah atau ke tempat-tempat keramaian. Jadi, Suprihati
sudah terbiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitar sehingga ia tidak merasa
cemas atau takut menghadapi lingkungan yang tidak dikenalnya. Namun namanya
juga anak-anak,saat orang-orang tidak dikenalnya bertamu dirumahnya untuk main,
foto bersama atau minta didoakan Suprihati. Kadang-kadang dia tidak mau
bersalaman dengan tamu, juga tidak mau difoto.Setiap kali difoto ia pasti
menutup wajah.
7.
PERKEMBANGAN SOSIAL
Nampak atau tidak nya kelainan fisik
yang dialami anak tuna daksa tersebut merupakan factor yang penting dalam
penyesuaian diri anak tuna daksa dengan lingkungannya,seperti yang dialami
Suprihati,ketunadaksaannya nampak dalam wujud ukuran tubuhnya yang mini
(Ukurannya 50 cm dengan berat 4 kg), dia dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan secara wajar karena sikap dan perlakuan orang-orang disekitarnya
yang dapat menerima keberadaannya secara wajar.
8.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Kelainan yang dialami oleh Suprihati
dialaminya sejak lahir,sehingga efek pada perkembangan psikologiknya tidak
sebesar pada anak yang mengalaminya pada usia yang lebih besar.
Kelainan fisik yang dialami oleh
Suprihati tampak dalam wujud ukuran tubuhnya yang mini (Berukuran 50 cm dengan
4 kg), namun hal itu tak membuatnya menjadi pribadi yang rendah diri, cemas,
dan agresif.
Orang tua dan masyarakat disekitar
menerima Suprihati dengan kekurangan yang dimilikinya. Hal itu dibuktikan
dengan Orang tua suprihati memperlakukannya seperti anak normal pada umumnya,sedangkan
masyarakat sekitarnya mempercayai bahwa Prihati membawa berkah tersendiri bagi
desanya.Perlakuan dari orang-orang disekitarnya membuatnya menjadi pribadi yang
lincah dan pandai berbicara yang membuat orang senang berada didekatnya.
KESIMPULAN
Setelah menguraikan riwayat kelahiran
dan masalah perkembangan yang dialami oleh Suprihati, dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Kelahiran premature tidak
berkorelasi terhadap kelainan fisik yang dialami oleh suatu prihati
2. Kelainan fisik yang dialami
Suprihati bukan karena faktor keturunan melainkan kelainan genetic yang dikenal
dengan nama Sindrom Seckel
3. Nampak atau tidaknya kelainan
fisik yang dialami oelh si anak merupakan faktor penting dalam penyesuaian diri
dengan lingkungannya
4. Perlakuan dari orang tua dan
masyarakat sekitar terhadapnya mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.
5. Pada kasus Suprihati
perkembangan kognitif dan motoriknya normal, seperti anak pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Majalah Kartini. 2002. ”Dua Manusia Termini di Indonesia”. Edisi 2076-12 Desember 2002.
Hal 46-48.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar