Dewi Ekasari Kusumastuti

Buat Lencana Anda Dewi- Pinky Blog: RENCANA PEMBELAJARAN DALAM PENGAJARAN ANAK BERKEMAMPUAN MENTAL RENDAH

PLB 2009

PLB 2009
KKL Jakarta-Bandung

Sabtu, 17 Desember 2011

RENCANA PEMBELAJARAN DALAM PENGAJARAN ANAK BERKEMAMPUAN MENTAL RENDAH




Perencanaan pengajaran sebelum melakukan pembelajaran di kelas sangat penting dilakukan. Oleh karena itu, hendaknya perencanaan pengajaran disusun atau direncanakan dengan baik dan matang sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Manfaat yang didapat dari perencanaan pengajaran yang baik antara lain:
1.   Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik guru maupun murid
4. Sebagai alat ukur keefektifan suatu proses pembelajaran sehingga setiap saat dapat diketahui ketepatan dan kelambanan kerja
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya

Dalam lingkungan Pendidikan Luar Biasa (PLB), dikenal tiga macam rencana pengajaran, yaitu :
1.     Rencana pengajaran klasikal ialah rencana yang akan digunakan untuk semua siswa di kelas yang bersangkutan. Rencana pengajaran klasikal pada umumnya dimaksudkan untuk pengajaran kelas, yang sangat penting untuk perkembangan sosial dan latihan ketertiban kelas.
2.     Rencana pengajaran individual ialah rencana yang hanya digunakan untuk salah seorang siswa saja. Rencana pengajaran individual adalah rencana pengajaran yang diperuntukkan bagi tiap siswa siswa dalam kelas itu, artinya setiap siswa dapat program sendiri. Rencana pengajaran ini diperlukan agar para siswa tunagrahita mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya, yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Rencana pengajaran individual tidak dapat disusun pada awal tahun ajaran atau caturwulan. Rencana ini dibuat setelah selesainya kegiatan belajar-mengajar yang terakhir. Pada dasarnya apa yang diberikan dalam pengajaran individual berasal dari kurikulum juga, akan tetapi materi yang dihidangkan mungkin menyamai kelas yang lebih rendah atau tidak langsung berupa materi yang tercantum pada kurikulum. Di setiap tingkatan selalu terdapat siswa yang memerlukan program yang sifatnya readiness programme dalam pelajaran tertentu yang tidak diperluakn oleh siswa lainnya. Readiness programme adalah program untuk mematangkan siswa untuk mempelajari salah satu pelajaran atau salah satu tingkat pelajaran.
Untuk melakukan pengajaran individual biasanya guru tidak perlu membuat persiapan mengajar yang khusus. Pengajaran individu sebaiknya dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran. Artinya, pengajaran untuk matematika, misalnya sebaiknya dilakukan pada jam pelajaran matematika, pengajaran individual Bahasa Indonesia pada jam pelajaran Bahasa Indonesia. Pengajaran  individual dapat diberikan pada bagian akhir jam pelajaran individual.
3.     Rencana pengajaran kelompok merupakan bagian dari rencana pengajaran individual, yaitu yang digunakan untuk para siswa yang kebetulan sama dalam satu pelajaran atau lebih. Anggota kelompok biasanya berubah-ubah, sesuai dengan keperluan.
Rencana pengajaran pendidikan anak tunagrahita hendaknya didasarkan pada kurikulum pendidikan anak tunagrahita, yaitu yang berjudul Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Menurut waktu pembuatannya ada 4 rencana pengajaran, yaitu:
1.      Rencana Pengajaran Tahunan
Dalam membuat rencana pengajaran tahunan, guru hendaknya memperthitungkan jumlah hari yang akan digunakan untuk pelajaran yang bersangkutan. Hal itu dihitung dengan menghitug jumlah hari dalam setahun, lalu dikurangi dengan jumlah hari libur dalam tahunan tersebut. Hari yang tersisa itu dinamakan hari efektif. Di anatara hari-hari efektif akan ada hari-hari untuk penilaian, baik untuk tes sumatif maupun tes formatif. Tes sumatif ialah tes akhir, misalnya tes akhir tahun atau tes catur wulan, sedangkan tes formatif ialah tes-tes sebelum itu.
Dalam merencanakan penyebaran pokok bahasan hendaknya diingat bahwa pokok-pokok bahasan itu ada yang perlu diulang berapa kali (sekalipun tidak tercantum pada kurikulum), ada yang bersambug-sambung, dan ada pula yang cukup diberikan satu kali sebagaimana tercantum pad kurikulum.
Para penyusun rencana pengajaran hendaknya memahami kedalaman bahan yang akan dipelajari siswanya dalam tahun ajaran yang sedang dihadapinya. Mereka harus pula memahami sifat tiap-tiap pokok bahasan dan dapat menetapkan urutan-urutan pokok-pokok bahasan tersebut. Urutan pokok bahasan banyak ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan logika dan psikologi (disebut pertimbangan logis dan psikologis). Hal yang sering mendesak pertimbangan logis ialah pertimbangan psikologis. Dalam beberapa hal, misalnya, sutau kesatuan harus diajarkan lebih dahulu sebelum unsur-unsurnya karena lebih memudahkan.
        Jalan pengajaran terdiri dari :
a.     Jalan pelajaran konsentris ialah menerangkan bahan yang sama berulang-ulang, mula-mula mengenai hal-hal sederhana, dilanjutkan (pada kesempatan-kesempatan berikutnya) denagn bagian-bagian lain yang lebih terperinci
b.     Jalan pelajaran suksesif/progresif ialah menerangkan bahan yang dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian-bagian ini diberikan berturut-turut.
c.      Jalan pelajaran regresif ialah jalan pelajaran yang berlawanan dengan logika, tetapi sering diperlukan, terutama dalam berhadapan dengan para siswa yang masih muda atau yang lambat perkembangan kecerdasannya.
d.      Jalan pelajaran analitis/metode analitis mempunyai dua macam penafsiran:
·         Menyatakan bahwa guru mulai dengan mengajak siswa mengenal suatu sebagai keseluruhan.
·           Menyatakan bahwa guru menerangkan dahulu hasil analisis (penguraian).
e.     Jalan pelajaran sintesis/metode sintesis mempunyai dua penafsiran, yakni kebalikan dari kedua penafsiran dari metode analitis.
f.          Jalan pelajaran deduktif ialah guru memberikan beberapa dalil, hokum atau kaidah.
g.     Jalan pelajaran induktif ialah para siswa melihat, mendengar atau mengerjakan dulu berbagai hal atau pengalaman yang tercakup dalam satu kategori.
Dengan memperhitungkan jumlah kegiatan belajar yang akan digunakan untuk pelajaran yang bersangkutan, jumlah tes yang akan digunakan, kedalaman dan sifat bahan yang akan dipelajari, dan jalan pelajaran yang akan ditempuh, guru membuat rencana pelajaran tahunanyang sedang dihadapi, yaitu menentukan tujuan instruksional, pokok bahasan, penilaian dan sebagainya selam setahun.
2.      Rencana Pengajaran Caturwulan
Rencana pengajaran caturwulan dibuat berdasarkan rencana pengajaran tahunan. Satu rencana pengajaran caturwulan adalah kira-kira sepertiga isi pengajaran tahunan yang bersangkutan. Tetapi hari belajar caturwulan pertama dan ketiga biasanya kurang dari caturwulan kedua. Caturwulan pertama biasanya terpotong oleh persiapan-persiapan menghadapi tahub ajaran baru, sedangkan caturwulan ketiga oleh kegiatan-kegiatan penilaian hasil belajar mengajar yang diprogramkan untuk dilaksanakan pada akhir tahun ajaran.
Tujuan instruksional dan urutan pokok bahasan ketiga caturwulan hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga ada kesinambungan antara yang satu dengan yang lain.
Banyaknya hari yang digunakan untuk program individual bergantung kepada beberapa faktor, misalnya: besarnya perbedaan para siswa di kelas itu, luas dan dalamnya bahan yang akan diberikan tersebut.
 Namun saat ini rencana pengajaran ini tidak digunakan lagi karena   telah berganti dengan rencana pengajaran semesteran.
3.      Rencana Pengajaran Mingguan
            Persiapan mengajar dalam pendidikan anak tunagrahita dibuat minggu demi minggu. Artinya, satu persiapan mengajar dalam setiap mata pelajaran berlaku untuk satu minggu. Jadi, untuk dua kali penampilan atau lebih.
Salah satu bagian penting dalam rencana pengajaran mingguan ialah jadwal pelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun jadwal pelajaran ialah:
a.       Adanya Perselingan
Pelajaran yang sama sebaiknya tidak ditempatkan berturut-turut dalam satu hari. Hal itu diperluakn untuk mencegah keletihan. Setiap pelajaran hendaknya tidak berdampingan dengan pelajaran lain yang menuntut kegiatan yang sama.
b.      Pelajaran yang Menuntut Konsentrasi
                        Pelajaran matematika dan pelajaran-pelajaran lain yang banyk menuntut uraiain dari guru memerlukan konsentrasi pikiran lebih banyak daripada pelajaran-pelajaran menggambar, menulis halus, menyanyi dan lain-lain. Pelajaran-pelajaran seperti itu hendaknya ditempatkan pada waktu siswa sedang dalam keadaan segar-segarnya, yaitu pagi-pagi
c.       Olahraga dan Kesenian
Pelajaran olahraga dan kesehatan yang memerlukan satu jam pelajaran biasanya terdiri dari gerakan-gerakan kecil, yang tidak memerlukan ganti baju dan memerlukan sedikit waktu untuk beristirahat. Olahraga yang memerlukan waktu dua jam xpelajaran biasanya memerlukan waktu untuk berganti pakaian sebelu dan sesudah olahraga, yang harus dilakukan di tempat yang agak jauh dari kelasnya. Olahraga yang demikian sebaiknya ditempatkan menjelang jam istirahat.
d.      Kesenian dan Keterampilan
Pelajaran-pelajaran kesenian dan keterampilan dapat ditempatkan agak siang. Kedua pelajaran ini memang memerlukan konsentrasi perhatian, tetapi juga bersifat ekspresif, sehingga tidak terlalu meletihkan.
4.      Rencana Pengajaran Semesteran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar