TERAPI
MUSIK BAGI TUNA RUNGU
Kerusakan
pendengaran ditengarai merupakan salah satu kecacatan syaraf yang paling
merusakkan.
Kecacatan pendengaran merupakan handicap komunikasi dengan masarakat.Komunikasi merupakan dasar dari
kehidupan social kita dan aktivitas intelektual, dan tanpa itu kita terputus
dari dunia,sehingga terapi musik untuk tuna rungu di fokuskan pada area
yang berhubungan dengan komunikasi seperti : pelatihan auditory, produksi
suara (berbicara) dan perkembangan bahasa.Melalui penelitian dalam kekurangan
pada komunikasi ini, terapi musik menjadi suatu efek kedua untuk memperbaiki
rasa sosial dan kepercayaan diri.
Bagi penderita tuna rungu, terapi musik dapat:
1.Meningkatkan auditory, pelatihan dan perluasan penggunaan dari
sisa pendengaran
Auditory
training, merupakan bagian
yang terintegrasi denga proses habilitasi pada penderita tunarungu.Tujuan utama
dari auditory training ini adalah untuk mengembakan sisa pendengaran
menjadi maksimal.
Percakapan dan musik mengandung
banyak persamaan. Persepsi auditori pada percakapan dan musik melibatkan
kemampuan untuk membedakan antara perbedaan suara, pitch, durasi, intensitas dan warna nada dan bagaimana suara bisa berubah-ubah
sepanjang waktu.
2. Meningkatkan perkembangan dan pendidikan
bahasa, dan meningkatkan kemampu an berkomunikasi secara umum.
Bagi anak-anak tuna
rungu, keterbatasan input pendengaran tidak hanya mempengaruhi kemampuan untuk
mendengar suara percakapan dari orang lain, namun juga mempunyai dampak negatif
terhadap perkembangan bahasa mereka sendiri.
Disamping
meningkatkan perkembangan bahasa dan mendidik bahasa pada pasien tuna rungu,
terapi musik juga meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan memberikan
semacam kesadaran dan kemampuan melihat suatu arti yang
diselaraskan/disampaikan melalui “nada pada suara”.
3.Mengembangkan jiwa sosialisasi,
kesadaran diri, kepuasan emosinal dan meningkatkan kepercayaan diri
Didalam beberapa literatur mengkarakterkan bahwa seseorang tuna
rungu mempunya perasaan kuat akan rendah diri dan depresi, juga mempunyai sikap
tidak bisa dipengaruhi dan tertutup.
Body-image dan kesadaran yang tidak terlalu baik, kurangnya berbahasa dan
berkomunikasi, dan tertutupnya rasa sosialisasi, memberikan kontribusi secara
signifikan pada perasaan-perasaan ini. Terapi musik dapat memberikan kesempatan
yang penting untuk memperbaiki masalah ini dan meningkatkan rasa percaya diri
seseorang yang tuna rungu.Bernyanyi, bermain atau bergaya pada suatu lagu
dapat menghasilkan seseorang untuk dapat berekspresi dan puas terhadap
diri secara emosional. Melalui suatu cara
yang dapat di transfer diluar sesi terapi, seseorang lebih bisa dan senang
untuk berekspresi pada situasi baru , bertemu orang baru, dan dapat bekerja
dalam suatu grup-grup. Hal ini sebaliknya pula memberikan suatu rasa tanggung
jawab sosial juga kesadaran, kebanggan dan kepercayaan diri dan sosial.
TELAAH KRITIS
A.Menurut Pendapat Ahli
Kecacatan penglihatan merupakan handicap kita dengan sekeliling kita, sedangkan kecacatan pendengaran merupakan handicap komunikasi dengan masyarakat (Darrow, 1989).
Robbins & Robbins (1980), yang membuat
manual resource yang komprehensif dan kurikulum bagi terapi musik untuk
tuna runggu melakukan pendekatan terhadap subyek bersangkutan dengan mempunyai
sikap yang mempercayai bahwa sense terhadap musik ada pada setiap orang. Melalui musik, mereka mengarah pada sensitivitas
yang inherent dan kapasitas merespon langsung kepada ekspresi dari ritme dan
variasi nada, yang dideskripsikan sebagai musik. Mereka juga menekankan, bahwa
musik dari berbagai sisi mempunyai efek pada manusia.
Amir & Schuchman (1985) membuat suatu program
terapi musik untuk mengembangkan dan meningkatkan kecakapan dalam kesadaran
akan suara musik, kesadaran akan kontras intensitas, menyadari adanya suara
musik dan juga patron dari musik tersebut. Suatu investigasi untuk melihat keefektifan dari
program tersebut memberikan suatu hasil bahwa ada aspek-aspek tertentu untuk
seseorang yang profoundly deaf dapat diukur peningkatannya melalui suatu program
sistimatik pada pelatihan pendengarannya dalam konteks musikal.
Darrow (1989) mendisikusikan penggunaan terapi musik
dalam pengertian berbahasa, intonasi vokal, kualitas vokal dan berbicara
lancar. Proses bernafas, ritme dan pengambilan waktu yang tepat, pitch dan
artikulasi yang diperlukan untuk bernyanyi, memberikan struktur dan motivasi
yang penting pagi pasien. Darrow juga
menekankan pada pentingnya feedback yang konstan untuk si terapis.
Darrow & Starmer (1986) mempelajari efek dari pelatihan vokal pada
frekuensi dasar, range frekuensi dan kecepatan percakapan pada
suara anak-anak tuna rungu. Anak-anak ini cenderung mempunyai frekuensi dasar
yang tinggi dan sedikit variasi pitch, memproduksi suatu permasalahan dalam kecakapan berbicara. Hasil dari
studi ini menyarankan bahwa dengan latihan pada vokal tertentu dan menyanyikan
lagu-lagu pada kunci nada rendah yang tepat dapat membantu memodifikasian
frekuensi dasar dan range frekuensi pada pasien. Studi lain dari
Darrow (1984) juga menunjukkan peran dari terapi musik adalah melatih respons
ritme, sehingga membuat respons pada ritme dari suara percakapan menjadi lebih
baik.
Staum (1987) sukses menggunakan notasi musik untuk
mempengaruhi dalam memperbaiki pengucapan bahasa pasien. Ia menggunakan sistem
notasi visual sebagai alat untuk membantu pasien dalam mencocokkan kata-kata
atau suara dari kata-kata baik yang lazim maupun tidak lazim, dengan ritme yang
tepat dan struktur yang dari pitch yang mudah. Hasil positif yang didapat
adalah nada pelafalan pengucapan lebih berkembang, juga penyamarataan dan
transfer ilmu berkembang secara signifikan.
Robbins & Robbins (1980), setelah pelatihan pada
pasien tunarungu, mengatakan bahwa kontribusi dari terapi musik untuk
memperkuat dan/atau mempercepat pembelajaran dan penggunaan percakapan, vokal
yg lebih luas/spontan dan mantap, memperbaiki kualitas suara dan lebih leluasa
dalam menggunakan intonasi dan ritme.
Darrow & Gfeller (1987) mempelajari lagu dapat menstimulasi latihan dalam pembedaan auditori,
membedakan dan meleburkan bunyi huruf, pengucapan suku-suku kata dan pelafalan
kata.
Galloway &
Bean (1974) menemukan bahwa aktivitas bernyanyi dan melakukan gerakan pada
musik juga efektif.
B.Menurut Pendapat Sendiri
Menurut pendapat saya terapi musik bagi anak tuna rungu memang sangat
diperlukan karena dengan adanya terapi musik tersebut anak bias belajar
berkomunikasi dengan orang lain yang ada disekitarnya. Selain itu anak juga
bisa belajar untuk melatih vocal pada frekuensi dasar dan kecepatan anak dalam
bercakap-cakap. Perkembangan anak setelah mengikuti terapi tuna rungu juga bisa
berkembang dalam perkembangan bahasa.
Terapi musik juga bisa mengembangkan jiwa sosialisasi, kesadaran diri,
kepuasan emosional dan meningkatkan kepercayaan diri. Dengan mendengarkan musik
anak penyandang tuna rungu akan lebih rileks dan memberikan pengalaman yang
menyenangkan sehingga dapat memberikan motivasi kepada mereka sehingga anak
tersebut menjadi tidak minder bila bergaul dengan temannya yang normal. Untuk
itu orang tua dan orang terdekat harus selalu memberi motivasi dan semangat
dalam menjalani kehidupan ini karena tuna rungu tidak menjadi penghalang bagi
mereka untuk mencapai cita-cita mereka
C.Menurut Hasil Penelitian
Menurut Darrow (1989) hanya sebagian kecil persentasi dari ketunarunguan
yang tidak bisa mendengar sama sekali. Dia juga mengatakan bahwa variasi dari
frekuensi dan intensitas persepsi musik bisa lebih terakses disbanding
percakapan yang lebih kompleks.
Musik merupakan media untuk aktivitas dalam bereksplorasi dan pengalaman
diri sehingg berhubungan langsung pada bicara dan bahasa , komunikasi dan
pikiran juga pada ekspresi tubuh dan
emosi dalam skala besar. Sehingga terapi musik dapat masuk dan meningkatkan
perkembangan secara luas bagi ketunarunguan.
Studi lain dari Darrow adalah(1984) adalah menunjukkan peranan dari terapi
musik adalah melatih respons ritme, sehingga membuat respons pada ritme dari
suara percakapan menjadi baik. Selain itu integrasi musik dalam pendidikan
sebagai bahasa dan seni sangat menguntungkan.
SIMPULAN
Kecacatan pendengaran merupakan handicap komunikasi
dengan masyarakat. Komunikasi merupakan dasar dari kehidupan social kita dan aktivitas
intelektual.
Terapi musik bagi penyandang tuna rungu dapat :
1. Meningkatkan auditory, pelatihan dan
perluasan penggunaan dari sisa pendengaran.
2. Meningkatkan perkembangan dan pendidikan bahasa, dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara umum.
3. Mengembangkan jiwa sosialisasi, kesadaran diri,
kepuasan emosional dan meningkatkan kepercayaan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:
Posting Komentar