Persoalan diagnostik autisme seringkali membingungkan, seperti karya awal Kanner. Tetapi, baru-baru ini, suatu tingkat dari konsensus mengenai diagnosis telah tercapai, yang sedikit tidak biasa dalam bidang psikopatologi anak. Dua sistem telah muncul sebagai sumber diagnosis utama; sementara ada penyimpangan khusus dan penekanan berbeda antara keduanya, tapi kriteria dasar cukup sama/ Michaler Rutter (1978b) mendefinisikan autisme dengan karakteristik berikut ini:
1. umur saat serangan sebelum 30 bulan
2. kelemahan dalam bahasa dan komunikasi
3. kelemahan dalam bahasa dan keahlian sosial,
4. perilaku perseveratif dan ritualistic
Salah satu strategi yang membantu menciptakan klasifikasi seperti itu sembari berhubungan dengan tumpang tindih yang terjadi adalah penggunaan sistem multi aksial (Rutter, Shaffer, & Sheperd, 1975; Marcus, Schopler, De Villis &Cushamn, 1980) dengan menguji faktor seperti fungsi intelektual, keahlian sosial/adaptif, masalah medis, dan fungsi keluarga, bersama dengan status diagnostik, dokter dan juga penelitian dapat menghindari fokus yang terlalu sempit.
Persoalan umum akhir adalah mempertimbangkan antara diagnosa dan assesmen. Diagnosis dapat melayani berbagai tujuan: mendefinisikan contoh sampel penelitian, membantu dalam keputusan penempatan edukasional, memungkinkan orang tua memahami dan membantu anak mereka secara efektif (Schopler, 1983). Baru-baru ini sejumlah instrumen pengamatan perilaku muncul untuk membantu dengan keputusan diagnostik, meskipun tidak ada yang pernah diuji secara luas sehingga dapat dianggap sepenuhnya dapat dipercaya (Freeman, Ritvo, Guthrie, Scroth, & Ball, 1978; Schopler, De Villis, & Daly, 1980).
Banyak psikolog dan ahli diagnosis lainnya mengganggap individu autis tidak stabil. Hipotesis ini akan ditinjau ulang dalam bagian lain bab ini. Saat ini dengan adanya asumsi yang lebih tepat mengenai autisme dan metode assesmen yang diperbaiki, maka evaluasi yang menyluruh dan berguna dapat dilaksankan. Keseimbangan dari bab ini akan menyelidiki lebih detail tentang bagaimana evaluasi seperti itu harus dilakukan oleh psikolog.
Tujuan khusus dari assesmen anak autis sama dengan tujuan pemeriksaan terhadap individu penyandang cacat lainnya, namun pengalaman dalam assesmen psikologis serta psikoedukasional dalam progran TEACCH di Karolina Utara (Pengobatan dan Pendidikan untuk Auits dan Anak Cacat Komunikasi yang terkait) telah menyoroti pentingnya persoalan dari populasi tertentu ini. Identifikasi dari lebih dari satu msalah perkembangn tidak boleh mengganggu persoalan diagnosis dalam mengklarifikasi kontribusi relatif dari cacat yang diderita. Seringkali anak remaja yang didagnosis menderita retardasi mental khususnya jika retardasi itu menengah atau parah, tidak dilihat sebagai penyandang autis karena kelemahan kognitif utama mereka. Namun dari sudut pandang keluarga dan guru, membangun diagnosis dari autisme (kemunculan dari kelehaman komunikasi, belajar, berhubungan), bersama dengan retardasi mental akan mempermudah perkembangan dari pengharapan yang lebih tepat dan strategi intervensi. Saat keluarga mencari opini profesional mengenai anak mereka, mereka memerlukan informasi diagnostik dan prognostik: Bagaimana kondisinya sekarang, dan apa yang akan terjadi di masa depan? Data epidemiologis umumnya tegas dalam mempertimbangkan hasil untuk individu autis. Kesempatan untuk fungsi yang relatif lebih tinggi dalam kehidupan selanjutnya lebih besar untuk para individu dengan IQ non verbal sebesar 70 atau lebih, lingkungan rumah stabil, dan jasa pendidikan yang baik (Ritter, 1977).
Setelah klarifikasi diagnosis dan, dalam beberapa kasus, prognostik telah dibangun, maka ada kebutuhan untuk memahami level fungsi perkembangan dari anak autis, termasuk pola unik dari kelebihan dan kelemahan. Dengan anak yang lebih muda, profil assesmen harus berdasarkan panduan yang didapatkan dari norma perkembangan, harus menggunakan material dan aktifitas yang berurutan, dan harus mencerminkan konsep yang berasal dari model dan tema perkembangan yang dibangun dengan baik (seperti tujuan utama, sebab akibat, pengambilan peranan).

Tidak ada komentar:
Posting Komentar